Senin, 15 Desember 2014

MENEBAR MANFAAT, SIAPA YANG UNTUNG ? (MAKHLUK SOSIAL)

Pada dasarnya setiap manusia merupakan makhluk sosial yang pasti membutuhkan bantuan orang lain untuk dapat hidup. Dengan dasar itu dapat dikatakan bahwa tanpa bantuan orang lain kita tidak dapat hidup. Hidup, ya hidup. Di zaman yang serba modern dan canggih ini kodrat manusia sebagai makhluk sosial seolah luntur. Semuanya dapat dikerjakan sendiri, padahal tidak. Semuanya dapat diselesaikan sendiri, padahal tidak. Semuanya milik sendiri, padahal tidak. Egois, individu, tidak mau tahu, itu semua merupakan potret memudarnya hakikat manusia sebagai makhluk sosial. Hal ini juga yang melanda "sebagian" pemuda-pemudi Indonesia sekarang ini, termasuk saya. Sifat-sifat tersebut membangun karakter diri secara perlahan namun pasti.

Terbersit dipikiran saya untuk memberanikan diri merombak diri Pada awalnya saya sempat merasa bingung ingin memulainya darimana dan kemudian saya memutuskan untuk mengikuti sebuah organisasi kemahasiswaan, yaitu Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Di awal, terasa sangat berat untuk beradaptasi karena sesungguhnya berorganisasi merupakan hal yang asing bagi saya, sangat asing. Bekerja sama dengan orang lain, menyatukan pikiran, berkorban waktu, pikiran, dan lain sebagainya. Sehingga sempat terpikir baiknya saya menyerah saja, namun hati nurani ini menolak untuk menyerah seakan mengingatkan akan tanggung jawab dan komitmen awal saya yang terucap saat pelantikan. Hari berganti hari dan akhirnya saya mendapat tugas pertama saya, yaitu menjadi penanggung jawab program kerja Maperca. Proker ini bertujuan untuk memperkenalkan HMI kepada calon anggota melalui tutorial dan pelatihan. Selain sebagai penanggung jawab saya juga menjadi salah satu tentor pada program kerja tersebut. Tutorial pertama yang saya adakan adalah tutorial kalkulus yang ditujukan untuk mahasiswa baru. Untuk mempersiapkan diri, saya harus mempelajari dari awal prinsip-prinsip dasar kalkulus serta pengembangannya di tengah tugas kuliah lain yang juga harus diselesaikan segera. Kondisi ini memunculkan kembali sifat individualis saya.

Hari yang ditunggu pun tiba. Baru pertama kali ini saya diminta secara resmi menjadi tentor oleh sebuah organisasi. Pada saat itu peserta hanya empat orang dan kebetulan merupakan mahasiswa baru T. Geofisika 2014. Canggung awalnya, soal demi soal pun terlalui, diskusi dan debat singkatpun sempat terjadi yang akhirnya menambah pengetahuan baru bagi saya karena saya menggunakan sistem saling belajar. Suara "owalah", "sip", "ternyata gitu", yang menandakan mereka memahami penjelasan yang saya berikan membayar lunas kerja keras saya dan memberi rasa baru di hati saya yaitu bahagia dapat bermanfaat bagi orang lain yang terasa berbeda dengan perasaan bahagia yang selama ini saya rasakan. Acara hari itu pun berjalan lancar hingga akhir. Selang beberapa hari setelah maperca hari itu saya merasakan hal yang aneh, saya jadi lebih mudah memahami pelajaran-pelajaran yang selama ini sukar untuk saya pahami sehingga dengan pemahaman tersebut saya dapat mengembangkan pemikiran saya jauh lebih luas. Ketika berpikir kembali ke belakang, saya baru sadar bahwa hal ini disebabkan oleh pemahaman kalkulus saya yang meningkat karena telah mempelajarinya beberapa waktu lalu untuk persiapan mengajar.

Semenjak itu saya menyadari bahwa manfaat atau kebaikan apapun yang kita sebarkan, sesungguhnya diri kita lah yang akan mendapat manfaat dan kebaikan itu sendiri sehingga apabila diri anda ingin mendapat keuntungan yang besar maka bermanfaatlah sebesar mungkin bagi orang lain karena sesungguhnya kita tidak hidup sendiri dan sehebat apapun suatu individu pasti membutuhkan orang lain.




Author : Farid Hendra Pradana

Tidak ada komentar:

Posting Komentar