Minggu, 14 Desember 2014

Energi Tidak Hanya Minyak Bumi --SEMANGAT KEMANDIRIAN--

Oleh : Faizal Alifiansyah R
          Diptya Mas N




Produktivitas minyak di Indonesia semakin tahun semakin menurun inilah yang menjadi problem dari kita sementara kebutuhan minyak akan terus meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk. Padahal Indonesia pernah mengalami masa produksi keemasan yaitu pada tahun 1990-1998an , ketika itu jumlah produksi minyak melebihi jumlah kebutuhannya malah Indonesia menjadi pengekspor minyak. Setelah tahun itu Indonesia mengalami penurunan produksi minyak tetapi produksi gas tiap tahunnya meningkat. Parahnya lagi demi memenuhi kebutuhan BBM agar bisa dinikmati berbagai kalangan di Indonesia dan menstabilkan ekonomi nasional, pemerintah mencanangkan BBM bersubsidi yang dimulai pada tahun 1997/1998 . Subsidi BBM ini sangat menguras APBN Negara namun dengan adanya subsidi BBM ini masyarakat cenderung untuk boros memakai BBM. Subsidi BBM ini yang diharapkan dipakai oleh masyarakat golongan menengah kebawah tetapi malah kebanyakan dari golongan menengah keatas yang menjadi pemakai terbanyak subsidi BBM ini. Padahal seharusnya mereka tak layak memakai BBM bersubsidi.


Memang, BBM masih menjadi energy primadona di Indonesia guna memenuhi kebutuhan primer,sekunder,maupun tersier manusia. Apabila fenomena ketergantungan akan BBM ini terus berlangsung maka tidak menutup kemungkinan Indonesia akan  mengalami sebagai Negara Importir terbesar di dunia. Apa kita mau menjadi Negara ketergantungan? Tentunya tidak, akhir akhir ini banya ide ide bermunculan untuk mengembangkan energy lain guna menggantikan BBM. Salah satunya adalah pemanfaatan energy panas bumi (Geothermal) sebagai pembangkit listrik guna mengganti BBM. Indonesia mempunyai potensi besar cadangan panas bumi , hamper 40% dari total cadangan geothermal di dunia ada di Indonesia. Hal ini dikarenakan Indonesia terletak di daerah Ring Of Fire. Panas bumi juga bisa ditemukan di Negara Negara yang memiliki banyak gunung aktif. Di Indonesia pemanfaatan energy panas bumi sebagai pembangkit listrik terbilang rendah, karena sebagian besar listik di Indonesia lebih dari 81% dipasok lewat pembangkit listrik berbahan bakar fossil, 42% batu bara, 23% BBM, dan 21% gas alam dan geothermal.  Guna memperhatikan ketahanan energy agar Indonesia tidak krisis energy sebaiknya pemerintah perlu memperhatikan studi untuk pengembangan dan pemanfaatan energy geothermal secara optimal contohnya saja memberikan kebijakan menegenai tarif yang pasti dari pihak PLN sebagai pembeli karena proses eksplorasi dan eksploitasi panas bumi tidaklah mebutuhkan biaya yang sedikit, biaya yang dibutuhkan kira kira mencapai 7 miliar dolar AS . Karena tanpa dukungan dari pemerintah secara serius perusahaan dalam atau luar negeri akan enggan untuk berinvestasi. 

Energy Geothermal ini tergolong energi yang renewable (terbarukan) dan berkelanjutan (sustainable). Energi ini berasal dari bawah kerak bumi (astenosphere hingga lapisan mantel). Pada daerah tersebut terdapat magma , yang sangat panas dan bersifat mobile, yang terbentuk dari lelehan batuan secara alami. Magma juga berasal dari material uranium dan potassium. Energi ini sangat menjanjikan karena selain renewable dan sustanaible kekuatan energinya lenih besar dari minyak dan gas bumi. Karenanya, sangatlah perlu energy ini digunakan secara besar-besaran. Jika kita bisa mengembangkan energy ini mencapai 2000 Mw saja bisa menghemat BBM sebesar 100 ribu barrel per harinya. Bayangkan saja jika pemanfaatan itu terjadi secara optimal maka tentu saja kita tidak akan mengalami krisis energy. Energy ini juga bisa dikatakan ramah lingkungan bila dibandingkan dengan energy fossil karena pada saat proses pengeborannya tidak ada polusinya,proses pengeboran juga tidak bersuara sehingga tidak menggangu pemukiman warga di sekitar tempat pengeboran. Yang menjadi Kendal hanyalah mahalnya biaya untuk pipa pipa pada geothermal. Jadi dibutuhkan pelaku pelaku industry yang serius bermain di bidang ini.


author ::







Tidak ada komentar:

Posting Komentar